BALIKPAPAN, KOMPAS.com – Berdasarkan pemeriksaan terhadap bangkai mamalia air bernama porpoise yang ditemukan di tepi Pantai Sosial di Balikpapan, Kalimantan Timur, pembuluh darah di ekornya terlihat membesar dan sangat menonjol. Warna ekor pun memucat.
Pegiat hewan mamalia air dari Yayasan Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI), Danielle Kreb, menilai rupa ekor seperti itu diperkirakan terbentuk akibat ikatan jerat selagi porpoise masih hidup.
“Seperti kaki kita kalau diikat kuat maka pembuluh darah tak mengalir dan malah membesar,” kata Danielle, Minggu (24/4/2016).
“Kesimpulan sementara mungkin kena ikat jaring. Ekornya terikat dan tidak bisa otomatis ke luar. Mungkin, dugaan tersangkut jaring lantas tak bisa keluar,” kata Danielle.
Tiga pelajar menemukan porpoise telah membusuk tak jauh dari tempat mereka berkemah di Pantai Sosial, Sabtu (23/4/2016). Mereka menduga bangkai itu adalah pesut, satwa air langka dan dilindungi. Mereka mengunggah foto ‘pesut’ itu ke Instagram. Pemerhati koservasi di Balikpapan pun terkejut karena temuan itu.
Tim BPSPL Satker Balikpapan mengambil sample dari kulit porpoise yang ditemukan mati dan terdampar di twpi pantai Sosial di Balikpapan |
Minggu pagi, para pemerhati konservasi beserta tim dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam dan Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Satuan Kerja Balikpapan mendatangi lokasi. Mereka melakoni penelitian singkat karena satwa ini telah busuk dan tak bisa diteliti mendalam.
Meski menduga ekor porpoise terjerat, hal ini tidak bisa menjadi kesimpulan penyebab kematian porpoise. Terlebih, kondisi ikan yang telah membusuk membuat tim menghentikan niat otopsi.
“Kalau seperti ini sudah mati beberapa hari. Mungkin lebih dari tiga hari,” kata Kepala BPSPL Satker Balikpapan, Ishak Yusma.
“Kami hanya bisa mengambil sample kulitnya saja untuk dikirim ke LIPPI. Kita tes DNA-nya,” tambahnya.
Porpoise dikenal sebagai mamalia air yang pemalu. Dia kerap memilih menjauh bila didekati. Satwa yang hidup di perairan dangkal dan berair hangat ini masuk dalam ordo Cetacea, selain lumba-lumba dan paus. Dalam bahasa Inggris dinamai Finless porpoisee (Neophocaena Phocaenoides).
Temuan ini menggenapi sejumlah laporan lain tentang seringnya pertemuan hewan langka dengan warga di perairan Balikpapan, terlebih satu bulan belakangan ini.
Akhir Maret 2016 lalu, tiga lumba-lumba hidung botol Indo-Pasifik (Tursiops aduncus) ditemukan tersesat di pemukiman warga. Tiga minggu kemudian, dua penyu hijau tersesat di kawasan hutan bakau (mangrove) di teluk. Salah satu masuk ke permukiman warga dan berhasil diselamatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar