Kuota penangkapan / pengambilan jenis ikan terancam punah ini berdasarkan
beberapa ketentuan yang berlaku, yaitu:
- Undang Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya,
- Undang Undang No 31 tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Undang
Undang No. 45 tahun 2009 tentang Perikanan,
- Peraturan Pemerintah No 60 tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya
Ikan,
- Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan
dan Satwa,
- Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1999 tentang Pemanfaatan Tumbuhan dan
Satwa Liar,
- Keputusan Presiden No. 43 tahun 1978 tentang Pengesahan Convention on
International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna (CITES),
- Keputusan Menteri Kehutanan No. 447/Kpts-II/2003 tentang Tata Cara Usaha
Pengambilan atau Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar
- Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 4 tahun 2010 tentang Tata
Cara Pemanfaatan Jenis Ikan dan Genetik Ikan,
- Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam No.
SK. 51/IV-SET/2015 tentang Kuota Pengambilan Tumbuhan Alam dan Penangkapan
Satwa Liar Periode Tahun 2015
Jenis ikan terancam punah dalam tulisan ini adalah jenis ikan yang masuk
dalam apendiks CITES dan pengaturan perdagangannya mengikuti ketentuan yang
berlaku di CITES.
Jenis ikan terancam punah adalah menunjukkan kondisi populasi jenis ikan
tertentu yang mengalami ancaman kepunahan yang diakibatkan oleh faktor alami
dan/atau aktifitas manusia.
CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild
Fauna and Flora) sendiri adalah konvensi perdagangan internasional untuk
spesies tumbuhan dan satwa liar yang terancam punah. Indonesia sudah
meratifikasi CITES melalui Keputusan Presiden No. 43 tahun 1978.
Dalam pelaksanaan CITES di tiap Negara yang telah meratifikasi ketentuan
CITES, dibentuklahManagement Authority (MA) dan Scientific Authority (SA) di masing masing negara
tersebut. Dimana, dalam ketentuan CITES, di setiap negara anggota CITES
(parties) boleh memiliki lebih dari satu Otoritas Pengelola atau MA. Di
Indonesia, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1999 tentang
Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa, Otoritas Pengelola atau Management
Authority MA di Indonesia adalah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan d/h
Departemen Kehutanan dan Otoritas Keilmuan atau Scientific Authority (SA) adalah LIPI.
Management Authority (MA) atau otoritas pengelola
bertanggung jawab antara lain dalam aspek administratif, pelaksanaan legislasi,
penegakan hukum, perijinan, dan komunikasi yang terkait engan konservasi sumber
daya ikan, termasuk pelaksanaan CITES.
Scientific Authority (SA) atau otoritas keilmuan
bertanggung jawab antara lain untuk memberikan rekomendasi kepada otoritas
pengelola mengenai konservasi sumber daya ikan berdasarkan prinsip prinsip
keilmuan, termasuk dalam rangka pelaksanaan CITES. Otoritas Keilmuan atau SA di
Indonesia adalah LIPI
Katagori ikan dalam hal ini adalah biota yang sebagian atau seluruh siklus
hidupnya berada dalam perairan (Undang Undang no 31 tahun 2004
sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang no. 45 tahun 2009 tentang Perikanan)
kuota penangkapan atau pengambilan jenis ikan adalah batas maksimum
penangkapan atau pengambilan jenis ikan dari alam yang tidak akan berdampak
negatif terhadap populasinya di alam (Non Detrimental Finding, NDF).
Implementasi kuota dapat berlaku untuk jenis ikan yang dilindungi maupun
tidak dilindungi atau jenis yang dipandang perlu dalam perdagangannya diatur
melalui kuota.
Pengertian jenis ikan dilindungi adalah jenis ikan yang memiliki status
dilindungi menurut perundang undangan atau peraturan secara nasional
dengan/tanpa memiliki status perlindungannya atau yang setara menurut peraturan
internasional (seperti peraturan dari CITES, IUCN, RFMO dan lainnya), sedangkan
jenis ikan tidak dilindungi adalah jenis ikan yang tidak ada status
perlindungannya menurut perundang undangan atau peraturan nasional tetapi
memiliki status dilindungi atau setara menurut peraturan internasional.
Contoh jenis ikan katagori dilindungi, seperti: hiu paus, red arwana, ikan
terubuk, ikan napoleon, pari manta dan lainnya. Sedangkan contoh jenis ikan dengan
katagori tidak dilindungi, seperti karang keras kuda laut (Hypocampus spp),
labi-labi, dan lainnya.
Istilah penangkapan adalah merujuk kepada cara mendapatkan biota perairan
yang memiliki sifat bergerak (mobile) dengan bantuan alat tertentu.
Sedangkan, pengambilan adalah merujuk kepada cara mendapatkan biota perairan
yang bersifat statis baik yang menempel maupun tidak menempel pada substrat
tertentu dan dengan/tanpa menggunakan alat tertentu. Contoh katagori penangkapan
adalah untuk jenis ikan seperti napoleon, kura-kura, labi labi dan
lainnya. Contoh katagori pengambilan adalah pengambilan karang (coral), bambu
laut, dan lainnya.
Ada 3 (tiga) prinsip utama yang harus dipegang teguh dalam perdagangan
jenis yang masuk dalam daftar apendiks CITES, yaitu: legalitas, keterlacakan,
dan keberlanjutan. Legalitas artinya jenis yang diperdagangkan adalah komoditas
yang legal atau telah memiliki segala perijinan yang diperlukan,
keterlacakan artinya memiliki dokumen yang menunjukkan asal usul jenis yang
diperdagangkan, dan keberlanjutan yang artinya bahwa besaran jumlah jenis yang
ditangkap / diambil lalu diperdagangkan tidak akan mengganggu populasinya di
alam.
Dalam konteks penetapan kuota ini, ikan adalah bagian dari satwa yang
dimaksud, maka kuota penangkapan atau pengambilan jenis ikan berikut diambil
dari ketentuan yang berlaku dalam penetapan kuota yang berlaku untuk penetapan
kuota penangkapan atau pengambilan jenis tumbuhan dan satwa terancam punah yang
dikeluarkan oleh Ditjen PHKA, Kementerian LH dan Kehutanan.
Beberapa hal terkait dengan kuota penangkapan atau pengambilan jenis
tumbuhan dan satwa yang terancam (termasuk di dalamnya jenis ikan) adalah
sebagai berikut:
1. Tidak ada rumus atau formulasi baku untuk penetapan angka kuota
penangkapan atau pengambilan jenis ikan dari alam,
2. penangkapan atau pengambilan jenis ikan terancam punah dari alam yang telah
mendapat kuota, tidak dilakukan di wilayah konservasi (Kawasan Konservasi
Perairan Nasional, Kawasan Konservasi Perairan Daerah, Suaka Perikanan, dan
jenis jenis kawasan konservasi lainnya),
3. Kuota ditetapkan setiap tahun dan berlaku untuk satu tahun takwin, yaitu
dari tanggal 01 Januari sampai dengan 31 Desember,
4. Direktur Jenderal Perlindungan Hutan an Konservasi Alam (Ditjen PHKA)
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kemen LH dan Kehutanan adalah
Otoritas Pengelola atauManagement Authority (MA) CITES di Indonesia) mengajukan
angka kuota penangkapan atau pengambilan jenis tumbuhan dan satwa terancam
untuk tahun berikut, kepada LIPI cq Pusat Penelitian Biologi (P2B) selaku
pelaksana harian Otoritas Keilmuan atau Scientific Authority (SA) CITES untuk mendapatkan
rekomendasi kuota,
5. Pusat Penelitian Biologi LIPI selanjutnya melakukan pembahasan pembahasan
dengan melibatkan para peneliti dan pakar di lingkup LIPI dan berkoordinasi
dengan lembaga / instansi lainnya yang terkait,
6. Rekomendasi kuota penangkapan atau pengambilan jenis tumbuhan dan satwa
terancam, dihitung berdasarkan pada data dan informasi ilmiah hasil
inventarisasi dan monitoring populasi. Apabila data dan informasi tidak
tersedia, maka data yang akan digunakan adalah data:
a. Kondisi saat ini di lapangan dari habitat dan populasi dari jenis
bersangkutan,
b. Informasi ilmiah dan teknis lain tentang habitat dan populasi dari
sumber yang kredibel,
c. Realisasi kuota tahun tahun sebelumnya,
d. Kearifan lokal atau kearifan tradisional yang berlangsung dimasyarakat
terkait dengan keberadaan populasi dan habitat jenis tumbuhan dan satwa serta ikan
terancam,
7. Hasil pembahasan kuota di LIPI, cq Kepala P2B LIPI selanjutnya
menyampaikan surat rekomendasi berupa draft kuota penangkapan atau pengambilan
jenis tumbuhan dan satwa terancam punah yang diperbolehkan ditangkap atau
diambil dari alam,
8. Berdasarkan rekomendasi ilmiah dari LIPI tersebut, selanjutnya Dirjen
PHKA menetapkan kuota penangkapan atau pengambilan dari alam untuk jenis
tumbuhan dan satwa terancam,
9. Kuota penangkapan atau pengambilan tersebut, yang umumnya dengan angka
yang sama dijadikan kuota perdagangan tersebut. Dari kuota perdagangan
tersebut, 90% dialokasikan untuk tujuan ekspor dan hanya 10% untuk alokasi
kebutuhan perdagangan dalam negeri,
10. Alokasi kuota untuk perdagangan luar negeri (ekspor) adalah untuk
keperluan hobi, akuaria dan konsumsi. Alokasi untuk pemanfaatan dalam negeri,
meliputi keperluan; stock induk budidaya, penelitian, cindera mata, dan
pemanfaatan lainnya,
11. Kuota tangkap dan kuota ekspor yang telah ditetapkan oleh Dirjen PHKA,
selanjutnya dibagikan kepada eksportir yang berada di tiap provinsi yang telah
memiliki ijin melalui BKSDA setempat ,
12. Proses pengalokasian kuota kepada eksportir diserahkan kepada pihak
Asosiasi terkait,
13. Realisasi kuota ekspor dimonitoring melalui penerbitan Surat Angkut
Tumbuhan dan Satwa Luar Negeri (SATLN) atau dikenal juga dengan nama CITES Exit Permit, dan
14. Kuota ditetapkan pada bulan Desember tahun sebelum berjalannya
pelaksanaan kuota tersebut.
Dalam hal pembagian kuota dan lokasi penangkapan atau pengambilan dari
tumbuhan, satwa dan ikan, ada hal hal yang perlu diketahui, yaitu:
1. Kuota penangkapan atau pengambilan yang telah ditetapkan oleh Dirjen
PHKA, selanjutnya dibagikan kepada kepala BKSDA di tiap provinsi yang memiliki
dan mengusulkan jumlah kuota untuk wilayahnya,
2. Kepala BKSDA selanjutnya membagikan kuota tersebut kepada pengusaha yang
telah memiliki ijin dan telah menentukan lokasi penangkapan atau pengambilan
melalui asosianya, dan
3. Jumlah jenis yang ditangkap atau diambil dari alam oleh para pengusaha
pemegang ijin, akan dimonitoring melalui penerbitan surat ijin yaitu Surat
Angkut Tumbuhan dan Satwa Dalam Negeri atau SATDN.
Berikut adalah kuota penangkapan / pengambilan jenis ikan dari alam periode
tahun 2015 sebagaimana yang tertuang dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam No. SK. 51/ 51-SET/2015;
Kuota penangkapan jenis satwa dan pengambilan jenis tumbuhan appendiks II CITES periode 2015
No
|
Nama Jenis
|
Jatah
|
Lokasi Tangkap
|
Keterangan
|
|
Tangkap
|
Ekspor
|
||||
KELAS FISH (ACTINOPTERYGII)
|
|||||
1
|
Cheilinus undulatus
Ikan Napoleon
|
2000
1000
600
200
200
|
2000
|
Kepri
Maluku
Kaltim
Sulsel
|
Total
Untuk Napoleon Wrasse ekspor yang dijinkan diangkut melalui udara saja,
khusus untuk Anambas, sedang dipertimbangkan untuk diberikan kuota khusus
untuk juvenile.
Besarnya kuota juvenile menunggu data dari KKP Anambas.
|
2
|
Hippocampus barbauri
Kuda Laut
|
5000
5000
|
4500
|
Sulsel
|
Total
Kuota kuda laut adalah dalam bentuk hidup dari hasil budidaya
|
3
|
Ikan hiu
|
Nihil
|
Total
1. Untuk
semua ikan hiu dan ikan pari yang masuk dalam appendiks II CITES kuotanya 0.
2. Kajian
sedang dilakukan untuk memberikan kuota untuk jenis hiu martil, terutama
untuk NDF dan management measure.
3. Kemungkinan
bentuk kuotanya berdasar kuota tangkap individu atau kuota untuk sirip,
daging dan tulang ikan hiu.
|
Kuota penangkapan jenis satwa dan pengambilan jenis tumbuhan appendiks II CITES periode 2015
No
|
Nama Jenis
|
Jatah
|
Lokasi
Tangkap
|
Keterangan
|
|
Tangkap
|
Ekspor
|
||||
Kura-kura
/ turtles
|
|||||
1
|
Amyda
cartilaginea
Asiatic
Softshell turtle / labi-labi / bulus
|
28000
26000
2700
3000
3000
2200
1800
1000
2500
2000
2800
4500
500
2000
275
300
350
250
250
250
125
200
|
25200
|
NAD
Sumut
Riau
Sumbar
Jambi
Sumsel
Kalbar
Kalteng
Kalsel
Kaltim
Sulteng
NAD
Sumut
Jambi
Kalbar
Lampung
Jateng
Jatim
Bengkulu
|
Total
Hidup
(konsumsi)
Penangkapan
dengan berat badan di bawah 5 kg atau di atas 15 kg berat hidup
Kuota
sulteng dalam rangka eradikasi Amyda cartilaginea sebagai satwa introduksi di
Sulawesi
Hidup
(Pet)
|
2
|
Batagur
borneoensis
Painted
terrapin
Tuntong
semangka
|
50
50
|
0
|
NAD
|
Total
Induk
penangkaran PT. Agrisatwa Alam Nusa
|
3
|
Chelodina
mccordi
Roti
snake-necked turtle
Kura-kura
leher ular rote
|
50
50
|
0
|
Total
Induk
penangkaran PT. Agriwisata Alam Nusa
Induk
diperoleh dari penangkar lain yang telah berhasil
|
|
4
|
Cuora
amboinensis
Asian box
terrapin
Kura ambon
|
20000
13400
1500
2200
500
1500
2500
1500
500
1500
1000
700
6600
2000
1500
1000
700
700
700
|
18000
|
Sumut
Riau
Sumsel
Kalbar
Kalteng
Kalsel
Kaltim
Sulteng *
Jambi
Sumbar
Kaltim
Sumsel
Kalbar
Kalteng
Sumut
Riau
|
Total
Hidup
(konsumsi)
*termasuk
untuk induk penangkaran PT. agrisatwa alam nusa (500 ekor)
Hidup
(Pet)
|
5
|
Cyclemys
dentata
Asian leaf
turtle
Kura-kura
bergerigi
|
14325
9600
1000
1000
2000
1500
100
500
1500
1500
500
4725
500
225
500
2000
1000
500
|
12915
|
NAD
Sumut
Sumbar
Riau
Sumsel
Lampung
Kalbar
Kalsel
Kaltim
Sumut
Jabar
Kalbar
Kalsel
Kaltim
Riau
|
Total
Hidup
(konsumsi)
Hidup
(Pet)
|
6
|
Dogania
subplana
|
5000
3300
400
400
800
150
150
300
300
300
300
200
1700
350
300
300
200
200
350
|
4500
|
NAD
Sumut
Sumbar
Jateng
Jatim
Kalbar
Kalsel
Kaltim
Riau
Jabar
NAD
Sumut
Riau
Jateng
Jatim
Kaltim
|
Total
Hidup
(konsumsi)
Berat
badab kurang atau sama dengan 3 kg
Hidup
(Pet)
Berat
badang kurang atau sama dengan 3 kg
|
7
|
Heosemys
spinosa
Spiny
turtle /
kura duri
|
500
100
150
50
150
50
|
450
|
Kalbar
Sumut
Sumbar
Lampung
Bengkulu
|
Total
Hidup
(Pet)
Ukuran
panjang karapas sama dengan dibawah 15 cm
Aprepindo
|
8
|
Indotestudo
spinosa
Sulawesian
tortoise /
Baning Sulawesi
|
150
150
|
150
|
Sulteng
|
Total
Hidup
(Pet)
|
9
|
Malayemys
subtrijuga
Malayan
snail eating turtle / kura macan
|
200
200
|
180
|
Jateng
|
Total
Hidup
(Pet)
|
10
|
Notochelys
platynota
Malayan
flat shelled turtle /kura punggung datar
|
900
500
50
100
125
125
|
450
|
Kaltim
Riau
Sumbar
Sumsel
Kalsel
|
Total
Hidup
(Pet)
Ukuran
panjang karapas sama dengan atau di bawah 15 cm
|
11
|
Pelochelys
bibroni
New
Guinean soft shell turtle / kenwa
|
100
100
|
90
|
Papua
|
Total
Hidup
(Pet)
Ukuran
panjang karapas sama dengan atau di bawah 15 cm
|
12
|
Pelochelys
cantorii
Asian
giant soft shell turtle / labi-labi raksasa
|
60
20
20
20
|
54
|
Kalbar *
Sumut *
Riau *
|
Total
Hidup
(Pet)
*induk
penangkaran PT. agriwisata alam nusa
|
13
|
Pelochelys
signifera
Variegated
giant soft shell turtle / labi-;abi irian
|
540
500
40
|
36
|
Papua
Papua
|
Total
Hidup
(Pet)
Ukuran
panjang karapas sama dengan atau di bawah 15 cm
|
14
|
Siebenrockiella
crassicolis
White
cheek terrapin /
kura pipi putih
|
6675
1500
25
500
400
500
500
500
100
500
400
500
1000
250
|
4500
|
Kaltim
Jabar
Sumsel
Jambi
NAD
Kalbar
Riau
Jateng
Sumut
Lampung
Kalteng
Sumbar
Kalsel
|
Total
Hidup
(Pet)
Ukuran
panjang karapas sama dengan atau di bawah 15 cm
|
Kuota penangkapan jenis satwa dan pengambilan jenis tumbuhan appendiks II CITES periode 2015
No
|
Nama Jenis
|
Jatah
|
Lokasi
Tangkap
|
Keterangan
|
|||
Tangkap
|
Ekspor
|
||||||
KELAS ANTHOZOA (CORAL/KARANG)
|
|||||||
A. SCLERACTINIAN
|
|||||||
ACROPORIDAE
|
|||||||
1
|
Acropora
spp.
|
3000
500
500
500
500
500
500
|
3000
|
Lampung
NTB
NTT
Sulsel
Sultra
Sulteng
|
Total
|
||
2
|
Montipora
spp.
|
3000
500
250
250
500
500
500
500
|
3000
|
Lampung
Babel
Jatim
NTT
Sulsel
Sultra
Sulteng
|
Total
|
||
FUNGIDAE
|
|||||||
3
|
Herpolitha
limax
(HOUTTOYN)
|
2000
200
200
200
500
700
200
|
2000
|
Lampung
Jabar
Babel
NTT
Sulsel
Sultra
|
Total
|
||
4
|
Fungia
spp.
(LINNAEUS)
|
22000
3000
1250
500
2250
2500
1500
1500
500
3000
3000
3000
|
22000
|
Lampung
Jabar
Banten
Babel
Jateng
Jatim
NTB
NTT
Sulsel
Sultra
Sulteng
|
Total
|
||
5
|
Fungia
(Cylcoseris) sp.
|
4000
500
500
1000
1000
1000
|
4000
|
Jabar
Banten
Jatim
NTT
Sultra
|
Total
|
||
6
|
Fungia
(Diaseris) sp.
|
1500
500
500
500
|
1500
|
NTB
NTT
Sultra
|
Total
|
||
7
|
Heliofungia
actiniformis
(QUOI
& GAIMARD)
|
37000
3500
2000
3000
4000
2000
4000
5000
1000
2500
5000
5000
|
37000
|
Lampung
Jabar
Banten
Babel
Jateng
Jatim
NTB
NTT
Sulsel
Sultra
Sulteng
|
Total
|
||
8
|
Polyphyllia
talpina
LAMARCK
|
8000
1000
700
300
500
1000
1000
1000
1000
1000
500
|
8000
|
Lampung
Jabar
Babel
Jateng
Jatim
NTB
NTT
Sulsel
Sultra
Sulteng
|
Total
|
||
OCULINIDAE
|
|||||||
9
|
Galaxea
astreata
(LAMARCK)
|
5600
300
300
300
500
700
1000
1000
1000
|
5600
|
Lampung
Jabar
Babel
Jateng
Jatim
NTT
Sulsel
Sultra
Sulteng
|
Total
|
||
10
|
Galaxea
fascicularis
(LINNAEUS)
|
8000
500
500
500
500
500
500
1000
1000
1000
1000
1000
|
8000
|
Lampung
Jabar
Banten
Babel
Jateng
Jatim
NTB
NTT
Sulsel
Sultra
Sulteng
|
Total
|
||
MUSSIDAE
|
|||||||
11
|
Blastomussa
wellsi
Wijsman
Best
|
3500
500
500
500
500
1000
500
|
3500
|
Jabar
Babel
NTB
NTT
Sulsel
Sultra
|
Total
|
||
12
|
Symphypllia,
sp.
|
2700
200
200
1000
1000
300
|
2700
|
Lampung
Jabar
Babel
Sulsel
Sultra
|
Total
|
||
13
|
Lobophyllia
corumbosa
(FORSKAL)
|
13500
1000
500
1000
1000
1000
1000
1000
2000
1500
2000
1500
|
13500
|
Lampung
Jabar
Banten
Babel
Jateng
Jatim
NTB
NTT
Sulsel
Sultra
Sulteng
|
Total
|
||
14
|
Lobophyllia
sp.
(EHRENBERG)
|
11500
500
1000
1000
1000
1000
1000
1000
1000
2000
2000
|
11500
|
Lampung
Jabar
Babel
Jateng
Jatim
NTB
NTT
Sulsel
Sultra
Sulteng
|
Total
|
||
15
|
Cynarina
lacrymalis
(EDWARRD
& HAIME)
|
7000
1000
500
1000
500
500
500
1500
1000
500
|
7000
|
Lampung
Jabar
Babel
Jatim
NTB
NTT
Sulsel
Sultra
Sulteng
|
Total
|
||
16
|
Acanthophyllia
deshayesiana
|
4000
1000
1000
1000
1000
|
4000
|
NTB
NTT
Sulsel
Sultra
|
Total
|
||
17
|
Scolymia
vitiensis
(BRUGGEMANN)
|
4500
500
300
200
300
200
500
500
1000
1000
|
4500
|
Lampung
Jabar
Babel
Jateng
Jatim
NTT
Sulsel
Sultra
Sulteng
|
Total
|
||
18
|
Acanthastrea
sp.
|
1000
200
200
300
300
|
1000
|
Lampung
Jabar
Babel
Sulsel
|
Total
|
||
MERULINIDAE
|
|||||||
19
|
Merulina
ampliata
(ELLIS
& SOLANDER)
|
5000
200
300
500
1000
500
1000
500
500
500
|
5000
|
Lampung
Jabar
Babel
Jateng
NTB
NTT
Sulsel
Sultra
Sulteng
|
Total
|
||
PECTINIDAE
|
|||||||
20
|
Pectinia
sp.
|
2500
200
200
200
200
200
450
450
300
300
|
2500
|
Lampung
Jabar
Babel
Jateng
Jatim
NTT
Sulsel
Sultra
Sulteng
|
|||
21
|
Echinophyllia
sp
|
1500
500
500
500
|
1500
|
Lampung
Sultra
Sulteng
|
Total
|
||
22
|
Oxypora,
sp.
|
1000
500
500
|
1000
|
Jabar
NTB
|
Total
|
||
23
|
Mycedium
elephantotus
|
1500
500
500
500
|
1500
|
Jabar
Jatim
Sultra
|
Total
|
||
CARYOPHYLLIIDAE
|
|||||||
24
|
Euphyllia
glabrescens
|
12000
1000
500
500
1000
1000
1000
1000
1000
1000
2000
2000
|
12000
|
Lampung
Jabar
Banten
Babel
Jateng
Jatim
NTB
NTT
Sulsel
Sultra
Sulteng
|
Total
|
||
25
|
Euphyllia
divisa
VERON
& PICHON
|
1000
500
500
|
1000
|
Lampung
NTT
|
Total
|
||
26
|
Euphyllia
paradivisa
VERON
|
2500
500
1000
1000
|
2500
|
Lampung
Sulsel
Sultra
|
Total
|
||
27
|
Euphyllia
cristata
CHEVALIER
|
23000
2500
2500
1000
2500
2500
2000
2000
2000
3000
3000
|
23000
|
Lampung
Jabar
Banten
Babel
Jateng
Jatim
NTB
NTT
Sulsel
Sultra
|
Total
|
||
28
|
Euphyllia
ancora
VERON
& PICHON
|
21000
2000
2000
1000
3000
3000
2000
1000
1000
2000
2000
2000
|
21000
|
Lampung
Jabar
Banten
Babel
Jateng
Jatim
NTB
NTT
Sulsel
Sultra
Sulteng
|
Total
|
||
29
|
Euphyllia
paraancora
VERON
|
3000
1000
1000
1000
|
3000
|
Lampung
Jateng
Sulteng
|
Total
|
||
30
|
Plerogyra
turbida
HODGSON
& ROSS
|
12000
1000
1000
1000
4000
5000
|
12000
|
Jatim
NTB
NTT
Sulsel
Sultra
|
Total
|
||
31
|
Plerogyra
sinuosaDANA
|
23000
2500
2000
2000
2000
2000
2500
2000
2000
1000
2500
2500
|
23000
|
Lampung
Jabar
Banten
Babel
Jateng
Jatim
NTB
NTT
Sulsel
Sultra
Sulteng
|
Total
|
||
32
|
Physogyra
lichtensteini
(EDWARDS
& HAIME)
|
11000
1500
1000
500
1000
2000
1000
1000
1000
1000
1000
|
11000
|
Lampung
Jabar
Banten
Babel
Jateng
Jatim
NTB
NTT
Sulsel
Sultra
Sulteng
|
Total
|
||
33
|
Catalaphyllia
jardinei
(SAVILLE-KENT)
|
19000
1000
500
1000
500
1000
1500
1500
2500
5000
4500
|
19000
|
Lampung
Jabar
Babel
Jateng
Jatim
NTB
NTT
Sulsel
Sultra
Sulteng
|
Total
|
||
DENDROPHYLLIDAE
|
|||||||
34
|
Turbinaria
peltata
(ESPER)
|
12000
2000
1500
500
1000
1000
1000
1000
1000
2000
1000
|
12000
|
Lampung
Jabar
Banten
Babel
Jateng
Jatim
NTB
NTT
Sultra
Sulteng
|
Total
|
||
35
|
Turbinaria
spp.
|
15000
1000
2000
500
1000
1000
500
2000
2000
2000
2000
1000
|
15000
|
Lampung
Jabar
Banten
Babel
Jateng
Jatim
NTB
NTT
Sulsel
Sultra
Sulteng
|
Total
|
||
36
|
Eguchipsammia
fistula (syn. Dendrophyllia fistula) (ALCOCK)
|
15000
2000
1000
500
1000
1000
1000
2000
1000
2000
2000
1500
|
15000
|
Lampung
Jabar
Banten
Babel
Jateng
Jatim
NTB
NTT
Sulsel
Sultra
Sulteng
|
Total
|
||
37
|
Tubastrea
sp.
|
12000
2000
500
500
500
1000
1000
1000
3000
2000
500
|
12000
|
Lampung
Jabar
Babel
Jateng
Jatim
NTB
NTT
Sulsel
Sultra
Sulteng
|
Total
|
||
PORITIDAE
|
|||||||
38
|
Porites
spp.
|
36500
2000
3000
2000
3000
3000
3000
3500
3000
3000
3000
8000
|
36500
|
Lampung
Jabar
Banten
Babel
Jateng
Jatim
NTB
NTT
Sulsel
Sultra
Sulteng
|
Total
|
||
39
|
Goniopora
lobata
EDWARDS
& HAIME
|
41000
3000
3000
2500
4000
3000
3500
3000
3000
5000
5000
6000
|
41000
|
Lampung
Jabar
Banten
Babel
Jateng
Jatim
NTB
NTT
Sulsel
Sultra
Sulteng
|
Total
|
||
40
|
Goniopora
sp.
|
45000
4000
4000
2000
5000
2000
3000
3000
2000
6000
7000
7000
|
45000
|
Lampung
Jabar
Banten
Babel
Jateng
Jatim
NTB
NTT
Sulsel
Sultra
Sulteng
|
Total
|
||
41
|
Goniopora
stokes
EDWARDS
& HAIME
|
44000
4000
3000
2000
5000
3000
3000
3000
2000
6000
7000
6000
|
44000
|
Lampung
Jabar
Banten
Babel
Jateng
Jatim
NTB
NTT
Sulsel
Sultra
Sulteng
|
Total
|
||
42
|
Alveopora
sp.
(Alveopora
spongiosa)
|
1050
250
150
150
200
300
|
1050
|
Jatim
NTT
Sulsel
Sultra
Sulteng
|
Total
|
||
FAVIIDAE
|
|||||||
43
|
Caulastrea
sp.
|
21000
2000
2000
500
2000
2000
1500
1000
2000
3000
3000
2000
|
21000
|
Lampung
Jabar
Banten
Babel
Jateng
Jatim
NTB
NTT
Sulsel
Sultra
Sulteng
|
Total
|
||
44
|
Favia sp.
|
7000
1500
500
1000
1500
500
750
750
500
|
7000
|
Lampung
Jabar
Babel
Jateng
Jatim
NTT
Sulsel
Sultra
|
Total
|
||
45
|
Favites sp
(Favites
abdita)
(ELLIS
& SOLANDER)
|
13500
1500
1500
500
2000
1000
1000
500
1250
1750
1500
1000
|
13500
|
Lampung
Jabar
Banten
Babel
Jateng
Jatim
NTB
NTT
Sulsel
Sultra
Sulteng
|
Total
|
||
46
|
Goniastrea
sp.
|
2900
300
800
300
600
200
200
500
|
2900
|
Lampung
Jabar
Babel
Jateng
Jatim
NTT
Sulsel
|
Total
|
||
47
|
Hydnophora
exesa
(PALLAS)
|
10000
1000
500
500
500
500
1000
1500
500
2000
1000
1000
|
10000
|
Lampung
Jabar
Banten
Babel
Jateng
Jatim
NTB
NTT
Sulsel
Sultra
Sulteng
|
Total
|
||
48
|
Hydnophora
microconos
(LAMARCK)
|
6500
1000
500
500
1000
500
1000
500
500
500
500
|
6500
|
Lampung
Jabar
Babel
Jateng
Jatim
NTB
NTT
Sulsel
Sultra
Sulteng
|
Total
|
||
49
|
Montastrea
sp.
|
7500
1000
1300
400
500
800
2000
1000
500
|
7500
|
Lampung
Jabar
Babel
Jateng
Jatim
Sulsel
Sultra
Sulteng
|
Total
|
||
50
|
Diploastrea
heliophora
(LAMARCK)
|
500
500
|
500
|
Babel
|
Total
|
||
51
|
Cyphastrea
serailia(FORSKAL)
|
500
500
|
500
|
Jabar
|
Total
|
||
52
|
Echinopora
lamellosa
(ESPER)
|
500
500
|
500
|
Lampung
|
Total
|
||
Trachyphyllidae
|
|||||||
53
|
Trachyphyllia
geoffroyi
(AUDOUIN)
|
41000
5000
5000
1000
5500
2500
2500
2000
2500
5000
5000
5000
|
41000
|
Lampung
Jabar
Banten
Babel
Jateng
Jatim
NTB
NTT
Sulsel
Sultra
Sulteng
|
Total
|
||
54
|
Wellsophyllia
radiata (PICHON)
|
10000
1000
500
1000
500
500
500
5000
1000
|
10000
|
Lampung
Jabar
Babel
Jatim
NTB
NTT
Sulsel
Sultra
|
Total
|
||
NON
SCLERACTINIAN CORAL
|
|||||||
55
|
Heliopora
coerulea
DE
BLAINVILLE
|
2500
500
1000
500
500
|
2500
|
Lampung
Jabar
Jatim
NTT
|
Total
|
||
56
|
Turbipora
musica
(LINNAEUS)
|
8500
1000
1500
500
500
500
500
500
1500
1000
1000
|
8500
|
Lampung
Jabar
Babel
Jateng
Jatim
NTB
NTT
Sulsel
Sultra
Sulteng
|
Total
|
||
57
|
Millepora
spp.
|
2000
500
500
300
200
500
|
2000
|
Lampung
Jabar
Babel
Jateng
Sulses
|
Total
|
||
58
|
Distichopora
spp
|
1500
1000
500
|
1500
|
Sulsesl
Sultra
|
Total
|
||
UNIDENTIFIED
SCLEARCTINIA
|
|||||||
59
|
Substrat
(unidentified
scleractinian)
|
900000
150000
150000
100000
50000
150000
100000
50000
50000
100000
|
900000
|
Lampung
Jabar
Banten
Babel
Jateng
Jatim
NTB
NTT
Sulsel
|
Total (Pieces)
|
||
60
|
Base rock
(unidentified scleractinian) live rock
|
450000
150000
100000
50000
100000
50000
|
450000
|
Lampung
Jabar
Banten
Jateng
Jatim
|
Total (kg)
|
||