Mei 12, 2015

PEMASANGAN TAG SATELIT PADA MANTA DI PULAU SANGALAKI

Tanjung Redeb, Berau. Pulau Sangalaki terletak di Kepulauan Derawan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Memiliki satuan morfologi dataran pantai yang datar. Pulau ini memiliki lagon dangkal berdasar pasir dan ditumbuhi oleh karang dan lamun, melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 604/Kpts/Um/8/1982 tanggal 19 Agustus 1982 ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam Laut yang dikelola oleh BKSDA Kalimantan Timur dengan luas keseluruhan 280 hektare termasuk wilayah perairan namun untuk daratan hanya sekitar 15,9 hektare. TWAL Pulau Sangalaki merupakan pulau  peneluran penyu hijau yang terpenting di Asia Tenggara, bahkan mungkin dunia, setiapa malam sepanjang tahun bisa dijumpai 10-30 ekor penyu bersarang di pulau sangalaki. Keunikan lain dari Pulau sangalaki adalah agregasi parimanta di perairan pulau ini karena taman laut ini memiliki banyak plankton yang merupakan makanan pari mantra
Manta yang dijumpai di P. Sangalaki
 (Sumber Foto @IS)
Pari manta terdiri dari Manta birostris dan Manta alfredi ditetapkan sebagai jenis ikan yang dilindungi dengan status perlindungan penuh pada seluruh siklus hidup dan/atau bagian-bagian tubuhnya melalui Keputusan Menteri  Kelautan dan Perikanan NOMOR 4/KEPMEN-KP/2014 tentang Penetapan Status Perlindungan Penuh Ikan Pari Manta,  Ini didasarkan pada hasil CITES 2013 di Bangkok yang memasukkan dua jenis pari manta (Manta birostris dan M alfredi) dalam Apendiks II), Namun, masih terbuka peluang bagi sumber peningkatan ekonomi masyarakat, di antaranya melalui atraksi wisata yang mengedepankan keselamatan manusia dan satwa.


Manta yang dijumpai di P. Sangalaki
 (Sumber Foto @LS)
Monitoring pergerakan dan migrasi manta menjadi penting untuk diketahui apabila manta yang berada di wilayah pariwisata utama seringkali bermigrasi melalui wilayah-wilayah penangkapan yang telah diketahui, dimana pemanfaatan untuk pariwisata ini juga menjadi ancaman jika tidak di kelola dengan baik.  Untuk mengetahui lebih dalam populasi manta di Indonesia khususnya di pulau Sangalaki serta pergerakannya, tim kolaboratif  peneliti yang terdiri CI Indonesia, Balitbang-KP, BPSPL (Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut) Pontianak dan Manta Trust yang membantu dalam pengambilan photo ID  memasang  5 buah tag satelit pada  parimanta di perairan pulau Sangalaki.  Pemasangan tagging di lakukan dari tanggal 4 sampai 7 Mei 2015. Data-data migrasi itu bisa diperoleh dengan menggunakan teknologi  tagging satelit. Jenis tag yang digunakan adalah towed tag (SPLASH10-F-301A) yang menggunakan teknologi GPS “Fast-Loc” untuk mendapatkan posisi GPS yang akurat dalam waktu singkat, towed tags akan dapat melaporkan informasi lokasi secara langsung kepada sistem satelit ARGOS setiap kali manta yang telah di tag berenang dekat permukaan.


Pemasangan Tag Satelit pada salah satu  parimanta
di P sangalaki (Sumber Foto @SL)
Menurut Abaraham Sianipar dari CI Indonesia “Dari total 5 ekor manta yang dipasangi tag satelit terdiri dari  2 ekor manta jantan dengan ukuran  masing masing 2 dan 3 meter, 2 ekor manta berjenis kelamin betina dengan ukuran  3 dan 3,4 meter  dan 1 ekor manta yang belum di ketahui jenis kelaminnya berukuran 1,9 meter, diharapkan bahwa hasil yang didapatkan dari pemasangan tag satelit ini dapat menggambarkan populasi manta di perairan Pulau Sangalaki”. Towed tag  jenis  ini juga pernah di pasang di perairan Raja Ampat, Perairan Komodo dan perairan Nusa Penida.

Pari manta yang ada di pulau  Sangalaki masuk dalam jenis manta reef (Manta alfredi) yang hanya dijumpai di perairan tropis dan subtropis, diperkirakan memiliki home range yang lebih kecil, memiliki pola pergerakan yang filopatrik, dan jarak migrasi musiman yang lebih pendek (hingga beberapa ratus kilometer), berdasarkan identifikasi photo ID dari Manta Trust hingga kini ditemukan 65 ekor manta di pulau Sangalaki, mereka kerap muncul berkelompok dan sendiri dari pagi sampai sore hari.

Ikan parimanta masuk dalam kategori  ikan yang jinak, cenderung berprilaku tenang, memiliki sikap dan perilaku yang bersahabat serta bisa berinteraksi kepada penyelam penyelam yang sering mengabadaikan moment menyelam atau berenang bersama ikan pari manta ini. Pada saat bersamaan ada 5 kapal (speedboat) di atas cleaning station dan area bermain parimanta  dan sekitar 30 penyelam di laut dan snorkling, pemanfaatan berlebihan pemandangan ikan pari manta di Pulau sangalaki,  itu akan  membuat pari manta menjadi stres. Bahkan menurut Pengelola Sangalaki Pari Manta Resource pada akhir pekan atau musim libur bisa mencapai 20 speed boat yang membawa penyelam bisa mencapai di atas 60an orang belum  termasuk mereka yang hanya sekedar snorkling untuk berenang bersama manta. “Kemeterian Kelautan dan Perikanan akan menyusun pedoman aturan main interaksi dengan satwa ataupun jumlah kunjungan dengan harapan ekowisata berprinsip ekonomi tetap berkelanjutan, tentu dengan berkoordinasi dengan berbagai stake holder, Pemda Berau dan BKSDA mengingat pulau ini  salah satu Taman Wisata Alam Laut juga merupakan tempat penyu naik bertelur yang juga terancam punah” kata Andi Muh. Ishak Yusma, salah satu anggota Tim dari BPSPL Pontianak.

Karena Volume otak manta yang kabarnya lebih besar dibandingkan ikan pari lain dan hiu kerabatnya menjadi alasan dasar asumsi bahwa pari manta lebih cerdas dibandingkan jenis dan kerabatnya yang lain. Terdapat sepasang sirip sefala (kepala) yang menyerupai tanduk di dekat mulut pari manta. Inilah yang merupakan salah satu ciri khas pari manta yang berfungsi membantu mengarahkan plankton ke mulutnya. Pari manta memang memakan plankton sebagai makanan utama (selain udang dan ikan kecil). Ia berenang sambil membuka mulutnya lebar-lebar agar air yang mengandung makanan dapat masuk. Lima pasang celah insang di bagian bawah tubuh manta akan mengelurakan air yang masuk melalui mulutnya tersebut. Uniknya, terdapat tapis insang atau piringan penyaring (filter plate)  di celah insang tersebut sehingga plankton tidak ikut keluar bersama air laut. 


Menurut Mujiyanto peneliti dari Balitbang Kementerian Kelautan dan Perikanan,  “hasil penelitian pemasangan Tag satelit oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan dan CI Indonesia yang sudah di lakukan baik di pulau Sangalaki maupun di daerah lain, penting untuk digunakan sebagai masukan dalam pengelolaan pari manta di Indonesia”.

Sumber :